
GenPI.co Kalbar - Museum Kalbar meregenerasi cara menggunakan wastra atau kain tenun ikat kepala wanita (datulu) dan pria (indulu pintas) Suku Dayak Tamambaloh.
Pemandu Edukasi Kultural Museum Kalbar Dwi Wulandari Prasetyaningrum mengatakan, regenerasi sebagai bentuk edukasi berkelanjutan bagi generasi penerus.
“Sehingga tradisi menggunakan wastra dantulu terus terjaga," ujarnya, Selasa (21/6).
BACA JUGA: Lestarikan Budaya, Museum Regenerasi Ragam Gerak Tari Bidayuh
Selain untuk mempertahankan nilai kearifan lokal, wastra dantulu juga menjadi wujud ekspresi dan keyakinan Suku Dayak Tamambaloh.
Wulandari mengimbau kepada seluruh masyarakat dan generasi muda agar tidak melupakan budaya sebagai identitas bangsa, apalagi di tengah kecanggihan teknologi.
BACA JUGA: Lomba Lari Marathon 10K, Meriahkan HUT ke-15 Kabupaten Kubu Raya
"Kami kembali lagi pada fungsi dan peran utama museum dengan menginformasikan nilai-nilai dari hasil budaya,” ungkapnya.
Sebagai informasi, kain tenun ikat Kepala Suku Dayak Tamambaloh sarat dengan makna dan filosofi.
BACA JUGA: Miliki 156 Destinasi Unik, Wisatawan Wajib Kunjungi Bengkayang
Penggunaannya juga disesuaikan dengan peristiwa yang terjadi di lingkungan masyarakat setempat.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News