
GenPI.co Kalbar - Apai Janggut, Ketua Masyarakat Adat atau “tuai rumah panjang" Dayak Iban Sungai Utik, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalbar mendapatkan penghargaan Gulbenkian Prize for Humanity ke-4 dari Yayasan Calouste Gulbenkian di Lisabon, Portugal, Rabu (19/7).
Pria bernama lengkap Bandi Anak Ragai itu, menerima penghargaan bersama dua orang lainnya yang berasal dari Cameroon dan Brazil.
Penghargaan tersebut diberikan oleh António Feijó, Presiden Yayasan Gulbenkian dan Angela Merkel, Ketua Juri Gulbenkian Prize for Humanity, dalam acara yang dihadiri oleh Presiden Portugal Marcelo Rebelo de Sousa dan PM Portugal Antonio Costa.
BACA JUGA: Apai Janggut, Sang Pahlawan Lingkungan Penerima Equator Prize
Ketiga pemenang tahun ini ditetapkan oleh para juri yang diketuai oleh Angela Merkel, mantan Kanselir Jerman.
Para pemenang terpilih, yakni Apai Janggut, “tuai rumah panjang" Masyarakat Adat Dayak Iban Sungai Utik; Cécile Bibiane Ndjebet, campaigner dan agronomist dari Cameroon; dan Lélia Wanick Salgado, environmentalist, designer dan scenographer dari Brazil.
BACA JUGA: Mengenal Kynan Tegar, Sutradara Muda Dayak Iban yang Mendunia
Apai Janggut mengatakan bahwa hutan merupakan sumber kehidupan mereka yang sudah diturunkan oleh leluhur sejak dulu.
Menjaga hutan adalah bagian dari budaya kami. Karena di dalam hutan tersebut terdapat ladang kami, tanaman obat, sungai, kuburan keramat leluhur kakek nenek kami yang sudah meninggal yang harus kami jaga,” ungkapnya.
BACA JUGA: Keren, Aming Coffee Terima Penghargaan Pelaku UMKM Inspiratif
“Kami bangga, aksi kami ternyata bermanfaat bagi dunia" imbuh Apai Janggut.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News