Pada Oktober 1943, aksi-aksi penangkapan terhadap para tokoh yang dianggap terlibat atau berbahaya bagi Jepang diciduk dan kemudian banyak yang dieksekusi di Mandor.
Koran Borneo Sinbun, 1 Juli 1944, memberitakan bahwa Jepang telah mengeksekusi orang-orang yang terlibat dalam komplotan perlawanan.
Sebanyak 48 di antaranya dianggap sebagai pemimpin perlawanan, termasuk dr. Rubini dan istrinya, Amalia Rubini.
BACA JUGA: Cornelis, Putra Dayak Kedua Pemimpin Kalbar Setelah Oevaang Oeray
Kini, nama dr. Rubini sedang diusulkan menjadi pahlawan nasional untuk mengenang jasa dan perjuangannya. (ant)
Jangan lewatkan video populer ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News