Apai Janggut, Sang Pahlawan Lingkungan Penerima Equator Prize

Apai Janggut, Sang Pahlawan Lingkungan Penerima Equator Prize - GenPI.co KALBAR
Pegiat lingkungan asal subsuku Dayak Iban Sungai Utik, Kecamatan Embaloh Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu. Foto: cifor.org

Dia menjadi pemimpin rumah panjang menggantikan ayahnya yang wafat pada 1982.

Nama Apai Janggut disematkan karena ciri khas penampilannya yang selalu memelihara janggut hingga mencapai dada.
Apai Janggut adalah generasi kedelapan dari Keling Kumang, pemimpin Kerajaan Buah Main.

Buah Main merupakan sebuah kerajaan di pedalaman Kalbar yang terbentang dari Sekadau, Ketungau, Mungguk Bejuah, Hutan Berangan Semitau Tua, hingga ke Batang Lupar, kemudian Sri Aman, Malaysia.

BACA JUGA:  Lasarus, Putra Bumi Senentang yang Jabat Ketua Komisi V DPR RI

Kini, di usianya yang sudah 88 tahun, Apai Janggut masih sering didatangi oleh berbagai lapisan masyarakat untuk dibuatkan tato bunga terong.

Tato bagi orang Dayak, terutama Iban, bukanlah sembarang guratan gambar pada kulit atau bagian tubuh tertentu.

Tato dan gambarnya menunjukkan siapa di balik simbol itu, juga menunjukkan kelas atau kastanya.

BACA JUGA:  Satono, dari PNS Menjadi Bupati Mualaf Keturunan Tionghoa

Namun, tato bunga terong akhirnya menjadi populer dan tidak hanya dipakai oleh orang Dayak.

Orang-orang yang mendatangi Apai Janggut untuk dibuatkan tato dengan cara tradisional itu, berasal dari banyak daerah dan negara, termasuk para artis lokal. (*)

BACA JUGA:  Florensius Ronny, Pimpin DPRD Sintang di Usia 30 Tahun

Simak video berikut ini:

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya