"Kami meminta juga bila ada perusahaan yang nakal ditindak. Jangan hanya masyarakat mengadu masuk telinga kiri, keluar telinga kanan,” ungkap Agus.
Dia menyarankan agar pemerintah bertindak tegas dan memiliki regulasi untuk mengendalikan harga.
“Kan, miris pemerintah tidak berdaya menghadapi perusahaan," terang Agus.
BACA JUGA: Aturan Baru, Gapki Kalbar Dukung Program Peremajaan Sawit Rakyat
Petani Sawit Asal Desa Sebangki, Kecamatan Sebangki, Kabupaten Landak, Herno juga mengeluhkan hal yang sama.
Penurunan harga TBS sawit membuat ekonomi keluarganya pun ikut menurun.
BACA JUGA: Petani Sawit-Karet Keluhkan Pupuk Mahal, Tunggu Solusi Pemerintah
"Coba hitung saja, biaya panen itu sudah Rp 200 per kilonya. Itu belum dihitung angkutannya lagi sampai ke pabrik dan biaya perawatannya," katanya.
Dia mengungkapkan, sebelum harga TBS ini anjlok, dalam satu kali panen dia bisa menghasilkan Rp 9 juta rupiah dari beberapa hektare kebun miliknya.
BACA JUGA: Periode Juni, Harga TBS Sawit Tertinggi Rp 2.733 per Kilogram
Saat ini karena harga TBS berkisar Rp 700-Rp 900 per kilo, dia hanya bisa mendapat hasil Rp 2 juta rupiah.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News