
Adhe juga menyatakan bahwa banyak hal lain yang bisa menimbulkan konflik SARA. Namun, jika terjadi konflik SARA, semua pihak akan sangat lelah.
“Karena yang menjadi korban adalah kita juga. Jangan sampai hal tersebut kembali terjadi. Perang tidak membuat hal yang baik, hanya menimbulkan kerugian,” terangnya.
Sementara itu, Ketua FKUB Kota Pontianak, H. Abdul Syukur menjelaskan, jika ada konflik SARA, akan terjadi eskalasi besar dan sulit dikendalikan serta banyak kerugian yang ditimbulkan.
BACA JUGA: Dialog Interaktif FKUB Jadi Sarana Tumbuh Kembangkan Nilai-nilai Kebersamaan
“Tugas kami membangun dan menjaga toleransi khususnya umat beragama. Kita harus berbangga sebagai masyarakat Kota Pontianak karena disebut sebagai miniatur Indonesia dengan keberagaman umat dan etnisnya,” ucapnya.
Selama ini, kata Syukur, pihak kepolisian selalu membantu dalan menciptakan toleransi mulai dari Babinkamtibmas bahkan sampai Kapolresta, langsung turun ke masyarakat.
BACA JUGA: Edi: FKUB Jadi Penyejuk di Tengah Derasnya Arus Informasi
Dia menilai, SARA adalah potensi akan menjadi positif apabila dikelola dengan benar dan negatif apabila dikelola dengan salah
“Fanatisme agama boleh saja, namun ekstrem dan kaku tidak baik. Toleransi adalah menerima perbedaan dan saling menghargai. FKUB membayangkan Kota Pontianak ini adalah orkestra yang memiliki banyak alat musik, biarkan semua alat musik berdendang dengan nada dan iramanya dengan lagu NKRI,” tandas Abdul Syukur. (*)
BACA JUGA: Wujudkan Toleransi Antarumat, Ketapang Gelar Rakor FKUB
Simak video pilihan redaksi berikut ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News