
Dia menetap di Kalimantan Barat selama 17 tahun.
Selain dokter, Rubini juga merupakan pemimpin partai politik pada masanya dan memberikan perjuangannya demi cita-cita kemerdekaan Indonesia melawan penjajah di Kalbar.
“Rubini juga membentuk gerakan bawah tanah dengan melihat para pasiennya yang sebagian besar perempuan dan anak yang menjadi korban kekerasan seksual oleh penjajah,” papar Giwo.
BACA JUGA: Kubu Raya Kepong Bakol Percepat Layanan Lewat Smart Governance
Kegigihannya melawan penjajah telah mengorbankan jiwa dan raga, sehingga dr. Rubini dan istrinya yang sedang hamil beserta rakyat Kalbar lainnya, wafat di tangan penjajah.
“Peristiwa itu dikenal sebagai Tragedi Mandor,” tandas Giwo. (kalbarprov)
BACA JUGA: Jauh dari Keluarga, Satgas Pamtas Lebaran di Perbatasan Negara
Lihat video seru ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News