Kota Pontianak Diusulkan Jadi Ibu Kota Nenek Moyang Bahasa Melayu

08 Oktober 2023 02:01

GenPI.co Kalbar - Akar sejarah bahasa yang banyak digunakan oleh sebagian masyarakat di tanah air, terutama di Pulau Sumatera dan Kalimantan masih perlu digali secara mendalam, meski sudah banyak penelitian dan berbagai kajian tentang bahasa Melayu.

Oleh sebab itu, Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kalimantan Barat menggelar Seminar Internasional Bahasa dengan mengangkat tema 'Bahasa Melayu : Prasejarah dan Masa Depan' di Balairungsari Rumah Melayu Kalbar, Sabtu (7/10).

Dalam seminar tersebut, juga menghadirkan para ahli bahasa dan sejarah, satu di antaranya Prof. Dr. James T Collin.

BACA JUGA:  Pengembangan Budaya Melayu Jadi Fokus Kepengurusan MABM Kalbar Periode 2023-2028

Ketua Panitia Seminar, Nur Iskandar menjelaskan bahwa seminar bahasa yang mengupas Bahasa Melayu itu digelar dalam rangka mewarnai bulan bahasa sekaligus memperingati Hari Sumpah Pemuda dan Hari Jadi ke-252 Pontianak pada bulan Oktober.

"Mudah-mudahan bahasa Melayu yang menjadi alat dan simbol persatuan semakin menguatkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia di tengah globalisasi," tuturnya.

BACA JUGA:  Pekan Kebudayaan Nasional Tampilkan Dawai Syair Melayu Kalbar

Seminar tersebut juga menjadi bagian dari kebersamaan untuk memaknai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dengan latar belakang bahasa Melayu untuk menjadi bahasa internasional.

Melalui seminar bahasa itu pula, pihaknya akan mengusulkan Kota Pontianak sebagai tangan nenek moyang Melayu.

BACA JUGA:  Bahasa Melayu Jadi Jembatan Tali Silaturahmi di Daerah

Pasalnya, menurut hipotesa Prof. Dr. James T Collin, asal muasal Melayu berasal dari Borneo bagian barat, yang ibu kotanya adalah Kota Pontianak.

"Apabila hipotesa ini sah diakui secara akademik, boleh kiranya di bandara, pelabuhan dan sudut-sudut Kota Pontianak terpampang bahwa Kota Pontianak adalah ibu kota dari nenek moyangnya bahasa Melayu," terang Nur Iskandar.

Sementara itu, Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono mengapresiasi dan mendukung digelarnya seminar yang mendiskusikan prasejarah Bahasa Melayu sebagai pintu wawasan terhadap asal-usulnya dan bagaimana bahasa itu berkembang seiring waktu.

Dia menyebut, para pakar terus menggali sejarah dan menemukan titik terang asal muasal bahasa tersebut, sehingga menjadi identitas bangsa.

Melalui seminar itu pula, para peserta semakin mengenal kekayaan budaya dan sejarah yang tertanam dalam struktur Bahasa Melayu, memberikan penghormatan kepada nenek moyang yang mewariskannya kepada generasi saat ini.

Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang berasal dari daerah atau lokal bisa menjadi penyambung sekaligus mempererat tali silaturahmi yang kuat.

"Oleh sebab itu, bagaimana kita mewujudkan Bahasa Melayu sebagai bahasa yang komunikatif, mudah dimengerti dan bermakna serta berbudaya, artinya menjadi identitas adat istiadat Melayu," tandas Edi Rusdi Kamtono. (rls)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Shella Angellia Rimang

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co KALBAR