Sampaikan Pesan Politik Damai Lewat Karya Seni ‘Gitu Aja Kok Repot’

06 September 2023 04:00

GenPI.co Kalbar - Di tahun politik, situasi dan suasana memanas perlu ada pendingin yang membuat suasana menjadi adem.

Kelakar Gus Dur "Gitu aja kok repot" yang melegenda, mengingatkan seluruh masyarakat untuk tidak terlalu baperan, tidak memperumit atau mempersulit, dan tidak memperkeruh suasana.

Kasespim Lemdiklat Polri Irjen Pol Prof. Dr. Chryshnanda Dwilaksana menuturkan, di era post truth, seakan semua dimaharkan, sehingga berpotensi memancing konflik dengan berbagai provokasi yang mengobok-obok opini publik.

BACA JUGA:  Jelang Pemilu 2024, Edi Rusdi Kamtono: Pemuda Harus Pertajam Wawasan Politik

Hal itu dia sampaikan saat menggelar pameran kartun sekaligus berbincang-bincang menyikapi soal tahun politik yang memanas bersama Kartunis Non O yang terdiri dari Sudi Purwono, Gatot Eko Cahyono, Anwar Rosyid, Itok Isdiyanto Iskandan, pelukis Joko Kisworo, di Kota Pontianak, beberapa waktu lalu.

Menurut Chryshnanda Dwilaksana, m ahar dapat dipahami sebagai tanda saling memahami, saling menerima, sejatinya bukan sebagai transaksi jual beli.

BACA JUGA:  Tahun Politik, Duta Genre Kalbar Harus Netral

Mahar juga bisa dipahami sebagai wujud penghormatan atau kompensasi atas sesuatu sebagai tanda kasih.

Memang bukan bisnis, tetapi mahar bisa saja dengan barang atau uang, apa yang diberikan bisa lebih murah atau lebih mahal, yang biasanya berkaitan dengan barang-barang yang berkaitan dengan kekuatan supranatural.

BACA JUGA:  Pipit Rismanto Minta TNI-Polri Profesional dan Netral di Tahun Politik

Istilah mahar juga banyak digunakan untuk menghaluskan atau membuat lebih sopan atas sesuatu yang berkaitan dengan politik, jabatan, kekuasaan dan sebagainya.

"Mahar menjadi tanda kesepakatan yang dimanfaatkan para broker untuk menjembatani pemberian rekomendasi ataupun restu," tutur Irjen Pol Prof. Dr. Chryshnanda Dwilaksana.

Saat ini, perseteruan di media sosial semakin menggelinding bagai bola salju yang menabrak ke mana-mana.

Oleh sebab itu, kartun dan karikatur dinilai mampu menjadi penyejuk suasana yang nampaknya mulai nggege mongso atau dalam bahasa Indonesia diartikkan ‘memang tidak mudah’.

Karikatur maupun kartun di tahun politik juga bisa menjadi oase untuk berpolitik dengan hati yang adem.

Walaupun ada kritik, namun tetap santun dan santau yang digambarkan secara surealis satir karikatural model guyon maton atau guyon parikeno.

Kecerdasan sang karikaturis terlihat pada ide teknik dan kritik tegas, namun tetap pada koridor yang humanis dalam penyampaiannya.

"Yang dikritik tidak marah, walau kuping atau wajahnya memerah, namun tetap diikuti senyuman bahkan bisa tertawa lebar. Dampaknya ada penyadaran dan transformasi kebaikan dan kebenaran," terang Prof. Dr. Chryshnanda Dwilaksana.

Dia menyampaikan bahwa kartun dan karikatur sama-sama mencerahkan, menghibur dan memberi ruang bagi para seniman berkarya, melampiaskan ide gagasan cerdas dalam bentuk rupa.

Sementara itu, berdialog dengan cara yang santai anak membuat kepala dingin, tidak terprovokasi anarkisme.

Situasi di tahun politik membuat banyak hal menyebalkan, bahkan bisa membuat hati tidak nyaman.

Namun di dalam dunia seni kartun dan karikatur, tokoh yang menyebalkan malah akan dirindukan. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Shella Angellia Rimang

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co KALBAR