Apai Janggut, Tokoh Masyarakat Adat Dayak Iban Raih Penghargaan Kemanusiaan di Portugal

24 Juli 2023 04:00

GenPI.co Kalbar - Apai Janggut, Ketua Masyarakat Adat atau “tuai rumah panjang" Dayak Iban Sungai Utik, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalbar mendapatkan penghargaan Gulbenkian Prize for Humanity ke-4 dari Yayasan Calouste Gulbenkian di Lisabon, Portugal, Rabu (19/7).

Pria bernama lengkap Bandi Anak Ragai itu, menerima penghargaan bersama dua orang lainnya yang berasal dari Cameroon dan Brazil.

Penghargaan tersebut diberikan oleh António Feijó, Presiden Yayasan Gulbenkian dan Angela Merkel, Ketua Juri Gulbenkian Prize for Humanity, dalam acara yang dihadiri oleh Presiden Portugal Marcelo Rebelo de Sousa dan PM Portugal Antonio Costa.

BACA JUGA:  Keren, Aming Coffee Terima Penghargaan Pelaku UMKM Inspiratif

Ketiga pemenang tahun ini ditetapkan oleh para juri yang diketuai oleh Angela Merkel, mantan Kanselir Jerman.

Para pemenang terpilih, yakni Apai Janggut, “tuai rumah panjang" Masyarakat Adat Dayak Iban Sungai Utik; Cécile Bibiane Ndjebet, campaigner dan agronomist dari Cameroon; dan Lélia Wanick Salgado, environmentalist, designer dan scenographer dari Brazil.

BACA JUGA:  Mengenal Kynan Tegar, Sutradara Muda Dayak Iban yang Mendunia

Apai Janggut mengatakan bahwa hutan merupakan sumber kehidupan mereka yang sudah diturunkan oleh leluhur sejak dulu.

Menjaga hutan adalah bagian dari budaya kami. Karena di dalam hutan tersebut terdapat ladang kami, tanaman obat, sungai, kuburan keramat leluhur kakek nenek kami yang sudah meninggal yang harus kami jaga,” ungkapnya.

BACA JUGA:  Apai Janggut, Sang Pahlawan Lingkungan Penerima Equator Prize

“Kami bangga, aksi kami ternyata bermanfaat bagi dunia" imbuh Apai Janggut.

Acara penyerahan penghargaan tersebut juga turut dihadiri oleh Duta Besar RI untuk Portugal, Rudy Alfonso.

“Penghargaan ini diberikan sebagai apresiasi bagi mereka yang menunjukkan komitmen luar biasa terhadap aksi lokal dan gerakan berbasis masyarakat, yang mendukung perlindungan hutan dan restorasi ekosistem," tutur Rudy Alfonso, dikutip dari rilis KBRI Lisabon, Jumat (21/7).

Sebagai informasi, para pemenang akan menerima hadiah yang ditujukan untuk mendukung dan melanjutkan kegiatan yang sudah dilakukan.

Tujuannya agar bisa meningkatkan aksi kerja mereka bagi restorasi ekosistem dan upaya mengatasi isu perubahan iklim baik di tingkat tapak, nasional maupun global.

"Hadiah ini sangat berguna bagi kami, akan kami gunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menyiapkan mereka dalam menghadapi tantangan ke depan,” kata Remang, Kepala Desa Batu Lintang, masyarakat Sungai Utik, yang turut mendampingi Apai Janggut.

Menurut Remang, pihaknya ingin meningkatkan kapasitas generasi muda di desanya dan menyiapkan pendidikan yang lebih baik.

“Selain itu juga untuk mengembangkan alternatif pendapatan jangka panjang seperti ekowisata dan PES (Payment Ecosystem Services)," ujarnya.

Sebelumnya, masyarakat Adat Dayak Iban Sungai Utik pernah mendapatkan penghargaan nasional Kalpataru dari pemerintah Indonesia dan UNDP Equator prize pada 2019.

Berbagai penghargaan tersebut didapatkan atas upaya mereka mempertahankan hutannya dari penebangan liar, perambahan dan konversi lahan oleh perusahaan.

Dalam penganugerahan Gulbenkian Prize for Humanity ke-4 di Lisabon, Apai Janggut turut didampingi oleh Raymundus Remang selaku Kepala Desa Sungai Utik, Joni Manehat dari Komunitas Sungai Utik, dan Yani Saloh dari Friends of Sungai Utik. (kemlu.go.id)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Shella Angellia Rimang

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co KALBAR