GenPI.co Kalbar - Ekspor minyak kelapa sawit (CPO) berdampak pada penerimaan devisa negara dan penyerapan lapangan kerja.
Oleh sebab itu, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Cabang Kalbar berharap keran ekspor CPO bisa dibuka kembali.
Ketua Gapki Cabang Kalbar Purwati Munawir menjelaskan bahwa sebagian besar pelaku usaha sawit di Kalbar merupakan produsen CPO.
“Jika larangan ekspor berlanjut lebih lama, maka kapasitas tangki penyimpanan pabrik terbatas dan akan penuh,” katanya, di Pontianak, Rabu (11/5).
Menurutnya, kondisi tersebut menyebabkan aktivitas berkurang. Imbasnya, bisa berdampak pada tenaga kerja.
"Belum lagi penyerapan buah sawit masyarakat terutama kebun swadaya,” ucap Purwati.
Jika kapasitas tangki pabrik terpenuhi, perusahaan bisa saja fokus ke kebun sendiri atau plasma.
Saat ini, kata dia, luas kebun sawit di Kalbar sudah mencapai 1,9 juta hektare dengan produksi mencapai 4,96 juta ton per tahun.
Sementara untuk kepemilikan kebun sawit perusahaan mencapai 1,17 juta hektare atau 61,39 persen.
“Sisanya swadaya dengan luas 700 ribu hektare atau 37,09 persen," sebut Purwati.
Walau demikian, Gapki Cabang Kalbar memahami dan menghormati kebijakan pemerintah yang ada.
Gapki juga intens berkomunikasi dengan asosiasi pelaku usaha sawit sektor hilir agar kebijakan tersebut dapat dilaksanakan secara maksimal.
"Kami menunggu kebijakan lanjutan dari pemerintah yang dapat mengatasi masalah kelangkaan minyak goreng dan keran ekspor sawit dibuka secara normal,” pungkas Purwati. (ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News