Bank Sampah Dorong Warga Jadikan Sampah Bernilai

26 Juni 2023 02:00

GenPI.co Kalbar - Persoalan sampah menjadi masalah yang dihadapi setiap daerah terutama wilayah perkotaan.

Tingkat pertumbuhan penduduk yang terus merangkak naik diikuti lonjakan produksi sampah, baik yang berasal dari rumah tangga maupun pelaku usaha.

Hal itu pula dialami Kota Pontianak, yang mana pertumbuhan penduduknya mendekati 700 ribu jiwa.

BACA JUGA:  DLH Tawarkan Jasa Jemput Bola Pengangkutan Sampah bagi Pelaku Usaha

Jumlah populasi demikian menghasilkan produksi sampah dengan rerata volume 400 ton per hari.

Atau jika dihitung per individu, setiap orang memproduksi sampah antara 0,5-0,7 kilogram per hari.

BACA JUGA:  Kurangi Sampah Plastik, Edi Kampanyekan Bawa Tas Belanja Sendiri

Lonjakan sampah bertambah terutama saat memasuki musim buah seperti sekarang ini.

Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menjelaskan, pemerintah pusat telah membuat regulasi bahwa tahun 2030, sampah yang dikelola harus bisa ditekan minimal 30 persen.

BACA JUGA:  Pemkot Terima Bantuan 20 Bak Sampah Lewat Program CSR Indomaret

Sampah yang diproduksi di Kota Pontianak didominasi sampah organik dengan kisaran 60 hingga 70 persen, selebihnya campuran seperti plastik, kertas dan jenis sampah lainnya.

Oleh sebab itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak menggaungkan agar sampah-sampah itu habis tanpa perlu dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) terutama sampah organik.

Hal tersebut disampaikan oleh Edi pada Peringatan Hari Lingkungan Hidup di Bank Sampah Palem Asri Jalan Puskesmas Pal IV, Kelurahan Sungai Jawi, Kecamatan Pontianak Kota, Minggu (25/6).

"Yang menjadi persoalan adalah sampah plastik yang baru terurai hingga ratusan tahun lamanya. Sehingga sekarang sudah mulai banyak upaya mengelola sampah-sampah plastik menjadi bijih plastik atau bahan bakar minyak," jelasnya.

Menurut Edi, pengelolaan sampah yang paling baik adalah sistem pemilahan sampah, antara sampah organik dan anorganik.

Sampah organik bermanfaat untuk komposting, gas metan dan sebagainya, sedangkan anorganik seperti plastik, kertas dan sejenisnya bisa didaur ulang melalui konsep 3R.

Keberadaan bank sampah salah satunya sebagai upaya mengurangi produksi sampah. Termasuk bank-bank sampah mini yang ada di sekolah-sekolah.

Dia berharap, jumlah bank sampah mini diperbanyak di sekolah-sekolah, setidaknya harus ada 114 bank sampah mini di SD Negeri dan 28 di SMP Negeri.

"Jadi anak-anak siswa SD dan SMP dibiasakan membawa sampah dari rumah ke sekolah setiap paginya untuk dikelola di bank sampah mini yang ada di sekolah,” terangnya.

“Sampah itu ditimbang untuk dinilai dan menjadi tabungan siswa. Misalnya botol plastik minuman per kilogramnya dinilai Rp 1.200, kalau organik berapa," tandas Edi Rusdi Kamtono. (rls)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Shella Angellia Rimang

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co KALBAR