Cegah Inflasi, Wali Kota Minta TPID Pastikan Stok Pangan Tersedia

31 Maret 2022 22:00

GenPI.co Kalbar - Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono memastikan tingkat inflasi di Kota Pontianak masih dalam angka yang seimbang, jelang Ramadan dan Idulfitri.

Ia menyebut, beberapa upaya telah dilakukan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Pontianak untuk mengendalikan inflasi, seperti peninjauan stok pangan di gudang dan agen serta pengawasan secara ketat harga bahan pokok di pasar.

Edi menilai bahwa harga pangan relatif stabil pada seluruh kebutuhan pokok. Begitu juga untuk komoditas utama yang tersedia untuk tiga bulan ke depan.

BACA JUGA:  Dongkrak PAD, Pemkot Pontianak Usulkan Empat Raperda

“Hanya saja untuk minyak goreng, kita masih menunggu kiriman distribusi produsen besar,” ujarnya, Kamis (31/3).

Edi memperkirakan, bakal terjadi peningkatan kebutuhan menjelang Ramadan, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier.

BACA JUGA:  Dukung Madrasah Diniyah Takmiliyah, Pemkot Kucurkan Bantuan

Menurutnya, hal itu menjadi budaya masyarakat Kota Pontianak saat bulan puasa dan Lebaran.

Ditambah lagi dengan mobilitas yang makin tinggi serta warga wilayah sekitar seperti Kabupaten Mempawah dan Kabupaten Kubu Raya yang tak jarang memilih untuk belanja di Kota Pontianak.

“Sudah jadi budaya warga Kota Pontianak, kalau kebutuhan akan makanan itu tinggi. Karena memang kita sadari, Kota Pontianak hampir 75 persen itu muslim,” ungkapnya.

Oleh sebab itu, lanjut Edi, melalui rapat koordinasi yang melibatkan seluruh pihak terkait dapat memberikan informasi terkini berkaitan ketersediaan bahan pokok.

Tak hanya itu, ia juga meminta keperluan lainnya seperti Bahan Bakar Minyak (BBM) hingga ketersediaan pangan terjaga.

“Kunci untuk mengendalikan inflasi itu adalah menjaga ketersediaan bahan pokok,” sebutnya.

Dimas P Wardana, perwakilan BI Kalbar menjelaskan bahwa tercatat kenaikan pada beberapa komoditas seperti cabai merah, daging ayam dan minyak goreng jika lihat dari data week to week (setiap pekan).

Selain itu, komoditas gula pasir juga sedang meningkat. Diperkirakan penyebabnya karena stok tebu Pulau Jawa yang menipis.

“Apalagi di Kalimantan kita masih banyak memasok dari pulau Jawa dan Sumatera. Mungkin bisa jadi perhatian, dengan mencari alternatif lainnya,” terangnya.

Dimas menganggap perlunya menjaga ketersediaan dengan menggunakan alternatif lain. Pasalnya, distribusi produksi yang lamban sudah menjadi isu penting.

“Misalkan substitusi barang dengan gula semut, gula kelapa, atau dicari dari berbagai daerah,” katanya.

“Diversifikasi risiko, jadi jika distribusi pasokan ini terganggu, kita punya pasokan lain,” tandas Dimas. (rls)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Shella Angellia Rimang

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co KALBAR