Jangan Anggap Remeh, Obesitas Telah Menjadi Epidemi Global

02 April 2022 03:00

GenPI.co Kalbar - Satu dari tiga orang dewasa Indonesia mengalami obesitas, sementara satu dari lima anak berusia 5 hingga 12 tahun mengalami kelebihan berat badan dan obesitas.

Meskipun menimbulkan masalah kesehatan dan dampak ekonomi yang serius dalam sistem perawatan kesehatan, obesitas belum mendapat perhatian serius seperti gangguan kesehatan lainnya.

Obesitas diprediksi akan menelan biaya perawatan kesehatan lebih dari 1 triliun dolar AS pada 2025, dengan jumlah penderita sebesar 800 juta orang di seluruh dunia.

BACA JUGA:  Tips Sehat Saat Ramadan, Jangan Lewatkan Sahur Sebelum Berpuasa

Menurut Ketua Bidang Organisasi Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) dr. Dicky Levenus Tahapary, obesitas di Indonesia meningkat dengan angka kenaikan yang mengkhawatirkan.

Dicky menuturkan, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi obesitas di kalangan orang dewasa Indonesia meningkat hampir dua kali lipat dari 19,1 persen pada 2007 menjadi 35,4 persen pada 2018.

BACA JUGA:  Salah Makan dan Kurang Olahraga Bisa Sebabkan Kanker

“Kita benar-benar harus memperhatikan kecenderungan peningkatan obesitas ini,” katanya, dikutip dari siaran resmi, Kamis (31/3)

Obesitas telah menjadi epidemi global. Stigma obesitas juga memberikan tantangan tersendiri dalam penanganan obesitas.

Stigma terhadap berat badan mencakup perilaku dan sikap negatif yang ditujukan terhadap seseorang terkait dengan bobot tubuhnya.

Stigma ini berbahaya. Semua orang harus memahami bahwa obesitas merupakan suatu penyakit.

Pasalnya, obesitas tidak dapat ditangani hanya dengan mengurangi asupan makanan dan lebih banyak beraktivitas fisik.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kelebihan berat badan dan obesitas sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan.

Praktisi kesehatan menggunakan Body Mass Index (BMI) atau Indeks Masa Tubuh (IMT)) sebagai metode skrining dan diagnosis klinis obesitas didasarkan pada kelebihan lemak tubuh abnormal yang mengganggu kesehatan.

“Untuk orang Indonesia, BMI pada tingkatan 25 termasuk kategori berat badan berlebih dan BMI lebih dari 27 dinyatakan sebagai obesitas,” papar Dicky.

Selain itu, dapat pula memanfaatkan lingkar pinggang untuk menilai risiko seseorang terkena penyakit yang disebabkan oleh obesitas.

“Ukuran pinggang lebih dari 80 sentimeter untuk wanita dan lebih dari 90 sentimeter untuk pria meningkatkan risiko penyakit yang disebabkan oleh obesitas,” terang Dicky.

Diet memegang peranan penting untuk mencegah dan mengatasi obesitas. Diet yang biasa dilakukan sebagai bagian usaha untuk menurunkan berat badan, biasanya berfokus pada pembatasan energi untuk mengurangi berat badan.

Namun, menurut dr. Cindiawaty J. Pudjiadi, mengendalikan berat badan tidak cukup dengan usaha mengurangi asupan makanan dan menambah aktivitas olahraga.

"Kita juga harus memperhatikan apa yang kita makan, bukan hanya seberapa banyak yang kita makan,” ucapnya.

“Mengurangi kalori yang efektif bukan hanya dengan sedikit makan dengan tujuan menekan asupan kalori serendah mungkin," imbuh Cindiawaty.

Oleh sebab itu perlu diingat bahwa obesitas bukan masalah sepele.

Obesitas merupakan kondisi kompleks yang memiliki dampak sosial dan psikologis yang serius.

Obesitas ditemui di semua usia dan kelompok sosial-ekonomi dan dipandang sebagai ancaman baik di negara maju maupun berkembang.

Usaha pencegahan harus ditingkatkan, baik nasional maupun global, untuk mencegah kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan keluarga mereka.

Tujuannya untuk mengurangi kesenjangan kesehatan dan ekonomi, memperhatikan siklus generasi dan meningkatkan kualitas kehidupan.

Obesitas perlu dijadikan sebagai prioritas kesehatan nasional, yang memerlukan keterlibatan semua pihak. (ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Shella Angellia Rimang

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co KALBAR