Girls, Jangan Remehkan Nyeri Perut Saat Haid

01 April 2022 03:00

GenPI.co Kalbar - Kaum hawa tidak boleh meremehkan nyeri haid, terutama jika terasa memberat dalam beberapa waktu karena bisa jadi itu tanda endometriosis.

Hal itu disarankan oleh Dokter dari Divisi Kesehatan Reproduksi Departemen OBGYN FKUI-RSCM dr. Achmad Kemal Harzif.

"Jangan meremehkan nyeri. Buat yang pernah mengalami nyeri haid sering dianggap biasa,” tuturnya, dalam Virtual Media Briefing dan Kampanye #DontLiveWithPain, Selasa (29/3).

BACA JUGA:  Salah Makan dan Kurang Olahraga Bisa Sebabkan Kanker

Kemudian, lanjut Kemal, disuruh segera menikah dan memiliki anak. Padahal, belum tentu hal itu menyelesaikan masalah.

Endometriosis terjadi ketika jaringan yang membentuk lapisan dalam rahim juga tumbuh di luar rahim.

Kondisi itu dapat tumbuh pada organ lain di dalam panggul atau perut dan bisa menyebabkan perdarahan, infeksi, nyeri berupa rasa sakit, kram, dan rasa terbakar.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2021 menyebut, prevalensi endometriosis sebagai penyakit kronik progresif dengan rasa nyeri tinggi yang diderita oleh hampir 10 persen perempuan usia reproduktif di seluruh dunia.

BACA JUGA:  3 Cara Mudah Mengatasi Bibir Pecah-pecah

Di Indonesia, prevalensi umum masalah kesehatan ini berkisar antara 3-10 persen, terutama pada perempuan dalam usia reproduksi.

Obat penghilang nyeri sebagai salah satu senjata mengatasi nyeri bila konsisten digunakan memang tak banyak memberikan efek negatif.

Namun, bila ternyata pasien mengalami endometriosis lalu tidak terdiagnosis, obat hanya menghilangkan gejala tetapi tidak mengatasi masalah penyakitnya.

Kemal mengungkapkan pentingnya evaluasi nyeri dan mengobatinya agar pasien bisa beraktivitas seperti biasa.

Dalam hal ini, pemeriksaan atas kondisi nyeri menjadi saran. Di sisi lain, juga perlu ada upaya menilai risiko pasien nyeri dengan endometriosis.

Menurut Kemal, nyeri haid dikaitkan dengan peningkatan risiko terkena endometriosis sebesar delapan kali lipat.

Darah haid yang banyak, berisiko empat kali lipat pada peluang endometriosis.

Sementara bila ada gangguan kesuburan, meningkat delapan kali lipat kemungkinan endometriosis.

Pada kasus kista, maka kemunginannya terkena endometriosis sebanyak tujuh kali lipat.

Di sisi lain, nyeri perut di luar haid berpeluang lima kali lipat dan apabila ada gangguan senggama, hampir tujuh kali lipat risiko untuk ditemukannya endometriosis dibandingkan pasien tanpa keluhan serupa.

"Apabila nyeri haid disertai gangguan kesuburan, gangguan senggama, harus segera memikirkan kemungkinan endometriosis, supaya bisa ditemukan dalam kondisi masih awal," terang Kemal.

Riwayat keluarga turut membuat risiko meningkat terhadap kemungkinan seorang perempuan mengalami endometriosis sebesar dua kali lipat, dibandingkan anak perempuan dari ibu tanpa endometriosis.

"Kemudian, apabila ada infertilitas, perutnya seperti terasa membesar atau nyeri haid semakin memberat itu bisa menjadi clue pertama pasien bisa datang ke dokter untuk periksa," pungkas Kemal. (ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Shella Angellia Rimang

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co KALBAR